بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
“Dan di bumi terdapat bagian-bagian yang berdampingan, kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman, pohon kurma yang bercabang, dan yang tidak bercabang; disirami dengan air yang sama, tetapi Kami lebihkan tanaman yang satu dari yang lainnya dalam hal rasanya. Sungguh pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti” (Surat Guruh ayat 4)
Maka, ayat tersebut adalah awal
mula dibahasnya tulisan ini. Sebuah pernyataan umum dan “biasa saja” yang ada
pada sebuah kitab suci. Namun, menjadi sebuah goresan sarat penuh makna bagi
yang memahaminya.
Dimulai dengan perumpamaan
indahnya biodiversitas, baik liar maupun komersial, Tuhan menggambarkan betapa
berbagai rupanya vegetasi di muka bumi ini. Lalu, perumpamaan samanya sumber
air yang digunakan untuk menyiram, namun rasa yang dihasilkan berbeda. Samanya
jenis dan dosis pupuk yang diaplikasikan, rasanya juga beda. Seragamnya lahan
dan bahan tanam yang dipakai, rasanya juga tidak persis sama. Mungkin, mungkin,
alif-kaf-lam di sini bukan hanya menggambarkan rasa, tapi juga kandungan. Baik
itu gula yang dapat diukur dengan skala brix
atau kandungan anti-oksidan dengan berbagai metode enzimatis maupun berbagai
kandungan lainnya. Maka, secara ilmiah, apa yang bisa kita jawab sebagai ilmuwan
dalam menentukan perbedaan penyebab perbedaan tersebut? Genetik jawabannya.
Tiap-tiap jenis tanaman yang berbeda spesies pasti memiliki perbedaan yang
dapat dikatakan signifikan sehingga menciptakan “perpecahan” dalam satu genus
yang sama. Contohnya adalah kelapa sawit (palm
oil): Elaeis oleifera sebagai
kelapa sawit asli Amerika dan Elaeis
guineensis sebagai kelapa sawit yang umum dibudidayakan di Indonesia serta
asli dari Afrika. Keduanya tampak sama tapi tak serupa. Yang satu cenderung
pendek dan satunya lagi tinggi. Oh, atau dalam bidang entomologi kita dapat
menggunakan kunci dikotomus sebagai salah satu metode penentuan jenis suatu
serangga. Belum lagi kita berbicara penanda molekuler yang salah satunya
berbasis asam nukleat dalam menentukan polimorfisme antar spesies, oh bukan,
bahkan yang berasal dari keturunan alias orang tua yang sama sekali pun.